Firman
Allah WT , QS. An Nisa : 9 :
“
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap ( kesejahteraannya ). Oleh sebab , hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar . “
Sabda
Rasulullah SAW :
“
Jika
anak adam meninggl dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara : shadaqah
jariyah, lmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan
kedua orangtuanya ( HR. Muslim ).
Siapa
yang tak ingin memperoleh anak yang cerdas dan sholeh …? Tentu setiap orang tua
mendambakannya. Untuk terciptanya generasi yang sholeh dan cerdas itu itu butuh
pembinaan sejak dini, bahkan sebelum sang buah hati melihat ‘ gersangnya’ dan
hiruk pikuknya dunia, artinya pembinaan dilakukan sejak bayi masih berada dalam
kandungan seorang ibu. Bahkan menurut ulama harus dilakukan ketika pemilihan
jodoh dimulai. Maka Nabi saw sangat menganjurkan untuk memilih calon pasangan
hidup kita disuruh memilih karena kapasitas agamanya ( diniyyah), baru kemudian
melihat yang lainnya ( keturunannya, Kecantikannya, dan hartanya), Apa yang
sudah anda siapkan untuk mencetak anak anda menjadi cerdas ??? Cerdas dalam
arti yang sesungguhnya, semua aspek baik Intelektual, spiritual, maupun cerdas secara spiritual.
Kecerdasan
kadang sering dibatasi pada keberhasilan anak meraih prestasi di sekolah,.
Padahal lingkup kecerdasan lebih dari itu. Disamping kecerdasan intelektual dan
emosional, ada juga kecerdasan spiritual. Menurut Dini Rahman Bintari, M.Psi. kecerdasan intelektual ( IQ ) tidak
cukup sebagai bekal kesuksesan seseorang. “ Ada anak yang pintar tapi
rankingnya nggak bagus. Ini mungkin disebabkan kelemahan kecerdasan
emosionalnya. Dia tidak bisa konsentrasi atau gampang marah.” Ujar Alumnus
Universitas Indonesia ini.
Wahai
para orangtua …bisakah anda membayangkan kebahagiaan seorang ibu saat anak nya lahir
ke dunia??? Mata berkaca kaca diliputi haru, wajah yang berseri seri, dan
sesekali diselingi tawa. Sambil tak henti hentinya bercerita pada orang disekitarnya
tentang betapa besar anugrah yang didapatkannya, kegembiraan yang tak dapat
dilukiskan dengan kata kata… Sangat wajar, sebab kegembiraan itu membuncah setelah
melewati lilitan kepayahan mengandung anak selama sembilan bulan lamanya, waktu
yang cukup lama. Lalu, kegembiraan itu akan terasa sempurna setelah anaknya
tumbuh dalam keshalehan dan tumbuh menjadi anak yang cerdas. Bagaimanapun anak
adalah cerminan orang tu bahkan bagian dari amanah kebaikannya. : “ Jika
anak adam meninggl dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara : shadaqah
jariyah, lmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan
kedua orangtuanya ( HR. Muslim ).
Tentu
saja keshalihan dan kecerdasan itu tak datang dengan sendirinya. Perlu langkah
langkah kongkrit dan kepedulian dari sang Ibu terhadap buah hatinya, bahkan
sejak ia masih berada dalam kandungan.
Pertama
: memenuhi kebutuhan gizi ibu dan anak, pemenuhan gizi dan makanan
sangat berpean bagi pembentukan fisik dan kecerdasan anak. Gizi dan kesehatan
yang baik adalah sarana untuk proses pencerdasan anak. Untuk itu konsultasi
dengan dokter atau bidan sangat membantu dalam menentukan makanan apa yang sebaiknya di konsumsi oleh
sang ibu pada masa kehamilan. Selain kandungan gizi yang menyehatkan, kadar
kehalalannya baik zat maupun cara memperolehnya mempengaruhi perkembangan
janin.
Kedua
: pembinaan spiritual sejak dini. Kebiasaan memperdengarkan ayat ayat al
Qur’an dan zikir zikir dapat membawa pengaruh positif bagi janin. Sebab menurut
sebuah penelitian indera janin yang pertama kali berfungsi adalah pendengaran.
Selain itu kebiasaan melakukan sholat sholat fardhu dan sunah, termasuk sholat
malam, membaca ayat al Qur’an , zikir dan kalimat kalimat yang baik ( kalimah
thayyibah ) lainnya juga memberikan warna spiritual tersendiri bagi sang anak,
bukan sebaliknya orang tua sering
memperdengarkan lagu lagu dangdut saat janin mulai tumbuh dalam kandungan, Tradisi ilmiah yang dilakukan sang ibu
seperti menelaah buku, majalah, koran dan internet yang dilakukan secara rileks
dan santai terbukti mampu memberikan pengaruh positif terhadap kecerdasan anak.
Suharso,
penulis buku “ Mencerdaskan Anak “ , menjelaskan, gizi atau gen hanya
berpengaruh pada tekstur tubuh dan sarana untuk pencerdasan. Tapi janin yang
cerdas justru dihasilkan dari upaya pencerdasan orang tua.
Selain
kegiatan yang sifatnya serius seperti di atas rekreasi dan jalan jalan sambil
menghirup udara juga perlu digalakkan. Rasulullah saw sendiri seperti pernah
dikisahkan dalam sirah, terkadang menyempatkan diri berlomba lari dengan ibunda
Aisyah ra. Buat calon ibu manfaatnya tentu lebih terasa, selain berfungsi
melepaskan kepenatan sehari hari, kegiatan rehat ini dapat dapat menstabilkan
emosi dan ketegangan saat mengandung.
Tibalah
saat kelahiran yang dinanti nantikan. Sang Ayah menggendong buah hatinya yang baru
saja dililit kain pernel. Lalu
mengumandangkan adzan dan iqamat di telinga, membisikkan kalimat tauhid. “ Laa
ilaaha Illallah, tiada tuhan selain Allah “. Sebuah amanat agung yang
pertama kali disampaikan sang ayah pada anaknya untuk dipegang hingga akhir hayat.
Setelah
lahir, bayi membutuhkan lingkungan yang baik, mengikuti berfungsinya panca
indra. Pendengarannya jangan sampai lalai dari lantunan ayat suci al Qur’an,
zikir zikir, atau kalimat yangbaik dari kedua orang tuanya. Saat matanya mulai
memandang dunia sang anak mengenal kedua orang tuanya melihat semesta kuasa
Allah ta’ala,
hak permata hati untuk mendapatkan air susu ibu tak boleh dilupakan. Selain untuk pertumbuhan gizi dan kecerdasan yang terbukti tak tergantikan oleh susu lain. Menyusui adalah proses komunikasi psikologis antara anak dengan orang ibunya. Saat menyusui anak dapat merasakan kelembutan kasih sayang dengan bahasa yang hanya dapat di cerna sendiri.
hak permata hati untuk mendapatkan air susu ibu tak boleh dilupakan. Selain untuk pertumbuhan gizi dan kecerdasan yang terbukti tak tergantikan oleh susu lain. Menyusui adalah proses komunikasi psikologis antara anak dengan orang ibunya. Saat menyusui anak dapat merasakan kelembutan kasih sayang dengan bahasa yang hanya dapat di cerna sendiri.
Selanjutnya
masa pertumbuhan anak di bawah umur lima tahun, adalah saaat saat yang paling
merepotkan sekaligus kenangan terindah bagi orang tua. Proses pertumbuhan
kecerdasan pada fase ini sangat tergantung dari peran aktif orang tua dalam
memberikan lingkungan yang baik pada anak, mengenalkan simbol simbol dan
kebiasaan kebiasaan mulia, mengajarka alif-ba-ta tentang Islam. , menuntun
tentang a-b-c-d kehidupan. Pada fase ini penguasaan bahasa meliputi cara
pengucapan dan khazanah kosa kata yang diperoleh dari orang tua dan
lingkungannya sangat diperlukan oleh sang anak untuk berekpresi, tanpa
melupakan kebutuhan nya untuk bermain dan menikmati indahnya masa kanak kanak.
Sebenarnya
, tak ada batas tertentu tentang pencapaian tertinggi yang dapat dihadirkan
anak pada masa awal awal pertumbuhannya. Buktinya, para ulama terdahulu semisal
imam Abu Hanifah, Iamam Syafi’I, Malik, dan lainnya terbiasa menghafal al
Qur’an, hadits dan kesusasteraan Arab saat usia mereka belum mencapai usia sepuluh
tahun . Tentu saja lingkungan dan situasi pada masa itu jauh berbeda dengan
kondisi saat ini. Tapi bukan berarti orangtua tak bisa menciptakan lingkungan
baik yang maksimal buat pertumbuhan anak atau menjaganya dari lingkungan yang
buruk.
Semua
kembali kepada kesungguhan kedua orang
tua, dengan usaha yang maksimal baik moril maupun materil, dan jangan lupa
senantiasa di rangkai dengan do’a dan tawakkal ( berserah diri kepada sang
Pencipta, Allah SWT) . Semoga kita diberikan kemudahan, kekuatan dan kesabaran
yang berlipat ganda dalam mendidik dan mengantarkan anak anak kita menjadi “
Penyejuk mata “ bagi orang tua dan lingkungannya. Amin Yaa Rabbal Alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar