Senin, 13 Agustus 2012

Agar Sang Buah Hati menjadi Cerdas




Firman Allah WT , QS. An Nisa : 9 :
“ Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap ( kesejahteraannya ). Oleh sebab , hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar . “

Sabda Rasulullah SAW :
Jika anak adam meninggl dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, lmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orangtuanya     ( HR. Muslim ).

Siapa yang tak ingin memperoleh anak yang cerdas dan sholeh …? Tentu setiap orang tua mendambakannya. Untuk terciptanya generasi yang sholeh dan cerdas itu itu butuh pembinaan sejak dini, bahkan sebelum sang buah hati melihat ‘ gersangnya’ dan hiruk pikuknya dunia, artinya pembinaan dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan seorang ibu. Bahkan menurut ulama harus dilakukan ketika pemilihan jodoh dimulai. Maka Nabi saw sangat menganjurkan untuk memilih calon pasangan hidup kita disuruh memilih karena kapasitas agamanya ( diniyyah), baru kemudian melihat yang lainnya ( keturunannya, Kecantikannya, dan hartanya), Apa yang sudah anda siapkan untuk mencetak anak anda menjadi cerdas ??? Cerdas dalam arti yang sesungguhnya, semua aspek baik Intelektual, spiritual, maupun  cerdas secara spiritual.   

Kecerdasan kadang sering dibatasi pada keberhasilan anak meraih prestasi di sekolah,. Padahal lingkup kecerdasan lebih dari itu. Disamping kecerdasan intelektual dan emosional, ada juga kecerdasan spiritual. Menurut Dini Rahman Bintari, M.Psi. kecerdasan intelektual ( IQ ) tidak cukup sebagai bekal kesuksesan seseorang. “ Ada anak yang pintar tapi rankingnya nggak bagus. Ini mungkin disebabkan kelemahan kecerdasan emosionalnya. Dia tidak bisa konsentrasi atau gampang marah.” Ujar Alumnus Universitas Indonesia ini.

Wahai para orangtua …bisakah anda membayangkan kebahagiaan seorang ibu saat anak nya lahir ke dunia??? Mata berkaca kaca diliputi haru, wajah yang berseri seri, dan sesekali diselingi tawa. Sambil tak henti hentinya bercerita pada orang disekitarnya tentang betapa besar anugrah yang didapatkannya, kegembiraan yang tak dapat dilukiskan dengan kata kata… Sangat wajar, sebab kegembiraan itu membuncah setelah melewati lilitan kepayahan mengandung anak selama sembilan bulan lamanya, waktu yang cukup lama. Lalu, kegembiraan itu akan terasa sempurna setelah anaknya tumbuh dalam keshalehan dan tumbuh menjadi anak yang cerdas. Bagaimanapun anak adalah cerminan orang tu bahkan bagian dari amanah kebaikannya. : “ Jika anak adam meninggl dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, lmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orangtuanya     ( HR. Muslim ).

Tentu saja keshalihan dan kecerdasan itu tak datang dengan sendirinya. Perlu langkah langkah kongkrit dan kepedulian dari sang Ibu terhadap buah hatinya, bahkan sejak ia masih berada dalam kandungan.

Pertama : memenuhi kebutuhan gizi ibu dan anak, pemenuhan gizi dan makanan sangat berpean bagi pembentukan fisik dan kecerdasan anak. Gizi dan kesehatan yang baik adalah sarana untuk proses pencerdasan anak. Untuk itu konsultasi dengan dokter atau bidan sangat membantu dalam menentukan  makanan apa yang sebaiknya di konsumsi oleh sang ibu pada masa kehamilan. Selain kandungan gizi yang menyehatkan, kadar kehalalannya baik zat maupun cara memperolehnya mempengaruhi perkembangan janin.

Kedua : pembinaan spiritual sejak dini. Kebiasaan memperdengarkan ayat ayat al Qur’an dan zikir zikir dapat membawa pengaruh positif bagi janin. Sebab menurut sebuah penelitian indera janin yang pertama kali berfungsi adalah pendengaran. Selain itu kebiasaan melakukan sholat sholat fardhu dan sunah, termasuk sholat malam, membaca ayat al Qur’an , zikir dan kalimat kalimat yang baik ( kalimah thayyibah ) lainnya juga memberikan warna spiritual tersendiri bagi sang anak, bukan sebaliknya orang tua  sering memperdengarkan lagu lagu dangdut saat janin mulai tumbuh dalam kandungan,   Tradisi ilmiah yang dilakukan sang ibu seperti menelaah buku, majalah, koran dan internet yang dilakukan secara rileks dan santai terbukti mampu memberikan pengaruh positif terhadap kecerdasan anak. Suharso, penulis buku “ Mencerdaskan Anak “ , menjelaskan, gizi atau gen hanya berpengaruh pada tekstur tubuh dan sarana untuk pencerdasan. Tapi janin yang cerdas justru dihasilkan dari upaya pencerdasan orang tua.

Selain kegiatan yang sifatnya serius seperti di atas rekreasi dan jalan jalan sambil menghirup udara juga perlu digalakkan. Rasulullah saw sendiri seperti pernah dikisahkan dalam sirah, terkadang menyempatkan diri berlomba lari dengan ibunda Aisyah ra. Buat calon ibu manfaatnya tentu lebih terasa, selain berfungsi melepaskan kepenatan sehari hari, kegiatan rehat ini dapat dapat menstabilkan emosi dan ketegangan saat mengandung.

Tibalah saat kelahiran yang dinanti nantikan. Sang Ayah menggendong buah hatinya yang baru saja dililit  kain pernel. Lalu mengumandangkan adzan dan iqamat di telinga, membisikkan kalimat tauhid. “ Laa ilaaha Illallah, tiada tuhan selain Allah “. Sebuah amanat agung yang pertama kali disampaikan sang ayah pada anaknya untuk dipegang hingga akhir hayat.

Setelah lahir, bayi membutuhkan lingkungan yang baik, mengikuti berfungsinya panca indra. Pendengarannya jangan sampai lalai dari lantunan ayat suci al Qur’an, zikir zikir, atau kalimat yangbaik dari kedua orang tuanya. Saat matanya mulai memandang dunia sang anak mengenal kedua orang tuanya melihat semesta kuasa Allah ta’ala,
hak permata hati untuk mendapatkan air susu ibu tak boleh dilupakan. Selain untuk pertumbuhan gizi dan kecerdasan yang terbukti tak tergantikan oleh susu lain. Menyusui adalah proses komunikasi psikologis antara anak dengan orang  ibunya. Saat menyusui anak dapat merasakan kelembutan kasih sayang dengan bahasa yang hanya dapat di cerna sendiri.
Selanjutnya masa pertumbuhan anak di bawah umur lima tahun, adalah saaat saat yang paling merepotkan sekaligus kenangan terindah bagi orang tua. Proses pertumbuhan kecerdasan pada fase ini sangat tergantung dari peran aktif orang tua dalam memberikan lingkungan yang baik pada anak, mengenalkan simbol simbol dan kebiasaan kebiasaan mulia, mengajarka alif-ba-ta tentang Islam. , menuntun tentang a-b-c-d kehidupan. Pada fase ini penguasaan bahasa meliputi cara pengucapan dan khazanah kosa kata yang diperoleh dari orang tua dan lingkungannya sangat diperlukan oleh sang anak untuk berekpresi, tanpa melupakan kebutuhan nya untuk bermain dan menikmati indahnya masa kanak kanak.

Sebenarnya , tak ada batas tertentu tentang pencapaian tertinggi yang dapat dihadirkan anak pada masa awal awal pertumbuhannya. Buktinya, para ulama terdahulu semisal imam Abu Hanifah, Iamam Syafi’I, Malik, dan lainnya terbiasa menghafal al Qur’an, hadits dan kesusasteraan Arab saat usia mereka belum mencapai usia sepuluh tahun . Tentu saja lingkungan dan situasi pada masa itu jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Tapi bukan berarti orangtua tak bisa menciptakan lingkungan baik yang maksimal buat pertumbuhan anak atau menjaganya dari lingkungan yang buruk.

Semua kembali kepada  kesungguhan kedua orang tua, dengan usaha yang maksimal baik moril maupun materil, dan jangan lupa senantiasa di rangkai dengan do’a dan tawakkal ( berserah diri kepada sang Pencipta, Allah SWT) . Semoga kita diberikan kemudahan, kekuatan dan kesabaran yang berlipat ganda dalam mendidik dan mengantarkan anak anak kita menjadi “ Penyejuk mata “ bagi orang tua dan lingkungannya. Amin Yaa Rabbal Alamiin.

Kamis, 09 Agustus 2012

Keutamaan Tasbih



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهَ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ ِمائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ عَنْهُ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ .

Dari Abu Hurairah radliyallâhu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan ‘Subhânallâhi Wa Bihamdihi’ di dalam sehari sebanyak seratus kali, niscaya akan dihapus semua dosa-dosa (kecil)-nya sekalipun sebanyak buih di lautan.” (HR.al-Bukhariy)

Faedah Hadits

Hadits diatas menyatakan keutamaan dzikir سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ (Subhânallâhi wa bihamdihi) yang mengandung makna Tasbih (penyucian) terhadap Allah Ta’ala dan penyucian terhadap-Nya pula dari hal-hal yang tidak layak dan pantas bagi-Nya, seperti memiliki kekurangan-kekurangan, cacat-cela dan menyerupai semua makhluk-Nya.

Hadits tersebut juga mengandung penetapan segala pujian hanya kepada-Nya baik di dalam Asma` maupun shifat-Nya. Dia-lah Yang Maha Hidup sesempurna hidup; kehidupan yang tiada didahului ketiadaan (yakni bukan dalam arti; sebelumnya tidak ada kehidupan lalu kemudian ada) dan tiada pula kehidupan itu akan pernah hilang/sirna. 

Barangsiapa yang bertasbih kepada Allah dan memuji-Nya sebanyak seratus kali di dalam sehari semalam, maka dia akan mendapatkan pahala yang maha besar ini. Yaitu, semua dosa-dosa (kecil)-nya dihapuskan dengan mendapatkan ma’af dan ampunan-Nya, sekalipun dosa-dosa tersebut sebanyak buih di lautan. Tentunya, ini merupakan anugerah dan pemberian yang demikian besar dari-Nya. 

Para ulama mengaitkan hal ini dan semisalnya sebatas dosa-dosa kecil saja sedangkan dosa-dosa besar tidak ada yang dapat menghapus dan menebusnya selain Taubat Nashuh (taubat dengan sebenar-benarnya). 

Imam an-Nawawiy berkata, “Sesungguhnya bila dia tidak memiliki dosa-dosa kecil, maka semoga diharapkan dapat meringankan dosa-dosa besarnya.”

Mari, moment Ramadhan ini kita gunakan untuk memperbanyak mengingat Allah, semoga Ramadhan ini lebih baik dari Ramadhan yang sudah berlalu...