Jumat, 11 November 2011

Jangan Salahkan Anak Jika mereka Tak Sholeh

Wahai orang yang beriman, jagalah diri dan keluargamu dari api neraka”(QS.At-Thamrin:6)

Anak adalah investasi orangtua untuk dunia dan akhirat. Kenali kesalahan-kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang berakibat fatal terhadap perkembangan anak.

Menumbuhkan Rasa Takut dan Minder

Agar anak berhenti menangis atau tidak rewel, kita sering menakutnakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara menakutkan, dan sebagainya. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi anak yang penakut, tidak percaya diri, dan tidak mandiri. Akhirnya, mereka selalu minta ditemani dan enggan jauh dari orang tua. Entah ke kamar mandi, ke sekolah, atau ke tempat tidur. Padahal hal-hal itu bisa mereka kerjakan sendiri.

Membiasakan Anak Bergaya Hidup Mewah

Kebiasaan ini membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang hedonis dan asosial. Di sekeliling kita, jamak kita jumpai anak begitu dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang rawan membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak mempunyai daya juang. Mereka tidak diajari bagaimana berusaha mencapai sebuah tujuan melalui perjuangan.

Selalu Mengiyakan Permintaan Anak

Orang tua kerap melakukan ini dengan alasan untuk mengatasi kerewelan anak, merasa kasihan, atau merasa sanggup memenuhi permintaan anak. Ini adalah salah satu kesalahan fatal orang tua dalam pengasuhan anak. Anak yang selalu ditenangkan dengan pemenuhan kemauannya akhirnya akan menjadikan tangisan dan rengekan sebagai senjata ampuh untuk menaklukkan orang tua. Dan jika orang tua selalu menurutinya, bersiaplah menghadapi kenyataan anak menjadi lemah, cengeng, dan tidak punya jati diri kelak.

Lebih Memerhatikan Kebutuhan Jasmaninya

Banyak orang tua mengira telah memberikan yang terbaik untuk anak mereka, dengan memenuhi hajat hidup dunianya. Mereka lupa bahwa anak-anak juga memerlukan ’nutrisi’ untuk bathinnya. Mereka baru sadar ketika anak mempunyai ’orang tua tandingan’, yaitu televisi, babysitter, anak-anak jalanan, atau yang lain.

Mereka baru sadar ketika anak lebih penurut dan patuh kepada babysitter daripada orang tua sendiri. Untuk itu, di sela-sela kesibukan, luangkanlah waktu untuk anak. Inputlah data-data positif untuk mereka. Bagi mereka yang sibuk dengan pekerjaannya maka pertemuan dan komunikasi lebih melihat dari kualitas bukan kuantitas pertemuan itu. Komunikasi melalui telepon bisa dilakukan untuk melakukan monitoring terhadap perkembagan putra putrinya tentang prestasi dan kekurangan ( jika ada ) untuk kemudian ditindak lanjuti oleh orang tuanya ketika mereka melakukan pertemuan. Jadi ? Ya, pilihan ada di tangan kita, para orang tua. Mari berikan yang terbaik untuk mereka. Berikan porsi yang seimbang antara kebutuhan spiritual, intelektual dan emosional mereka. Sehingga mereka berkmbang sesui dengan fitrahnya menjadi anak yang cerdas dan sholeh yang dapat menghadapi masa depan yang lebih komplek. Nabi saw mengingatkan dalam sebuah sabdanya : ” Didiklah anak anak mu karena sesungguhnya mereka aka hidup di suatau zaman yang sanagat berbeda dengan zaman kamu ”. Suatu saat kelak, kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah diamanatkan Allah kepada kita sebagai orang tua. Wallohu A’lam Bis Showaab



Oleh : (Tim Madah Diniyah SDIT At Taufiq)